Sejarah Desa Bataan
Desa Bataan memiliki latar belakang sebagaimana kisah tersebut diatas dan tertuang dalam kisah sepasang suami istri yang bernama Ki Rampanah dan Nyi Rampanah pada saat membuka areal baru / membabat kawasan tersebut sampai beliau memutuskan untuk bertempat tinggal di daerah tersebuat dengan membuat batu bata sendiri. Hasil dari beliau membuat batu bata tersebut ternyata sangat bagus dan disukai pemerintah penjajah Belanda serta kaum bangsawan pribumi. Seiring dengan bertambahnya waktu semakin banyak warga berdatangan yang kemudian juga memutuskan untuk memproduksi batu bata sehingga kawasan tersebuat oleh masyarakat setempat yang mayoritas dari etnis madura tersebut dengan ” Betaan ” adapun ” beta ” dalam bahasa madura artinya bata dan sejak zaman kemerdekaan kawasan tersebut beralih ejaan dalam bahasa indonesia menjadi ” Bataan ” sampai sekarang, Namun bagi etnis madura kawasan tersebut sampai saat ini dibaca dan dieja menjadi ” Bataan ”.
Berikut ini Sejarah nama – nama kepala desa Bataan :
NO | NAMA KEPALA DESA (TENGGI) | PERIODERISASI | KETERANGAN |
1. | Rustab | – | Tenggi Pertama |
2. | Parlub | – | Tenggi Ke Dua |
3. | Sunnar | 1978 s/d 1985 | Tenggi Ke Tiga |
4. | Mistaryoto | 1985 s/d 1993 | Tenggi Ke Empat |
5. | Suharsono | 1993 s/d 2001 | Tenggi Ke Lima |
6. | Tedi Satoen | 2001 s/d 2002 | Tenggi Ke Enam |
7. | Abdullah | 2002 s/d 2007 | Tenggi Ke Tujuh ( plh ) |
8. | Erfin Dewi Sudanto | 2007 s/d 2013 | Tenggi Ke Delapan |
9. | Hendry Molyadi | 2014 | Tenggi Ke Sembilan ( plh ) |
10. | Hariyanto | 2014 s/d 2019 | Tenggi Ke Sepuluh |